KAJIAN CERPEN
“ANAK
ANAK LAUT”KARYA MAHWI AIR TAWAR
DENGAN
PENDEKATAN OBJEKTIF
Cerpen
merupakan salah satu jenis karya sastra yang masalahnya jelas, singkat, padat
dan terkonsentrasi pada satu cerita. Jadi, sangatlah jelas bahwa kelebihan
cerpen yaitu kemampuannya dalam mengemukakan secara lebih banyak dan implisit
dari sekedar apa yang diceritakan dan mengandung kesan tunggal. Sebagai sebuah
karya fiksi cerpen memberikan sebuah model kehidupan atau bangunan imajinatif
yang tidak bisa berdiri tanpa adanya unsur unsur yang menjadi dasar
pendukungnya. Unsur unsur tersebut merupakan bagian penting yang membuat
jalinan cerita sehingga menghasilkan cerita yang utuh. Unsur unsur tersebut
adalah unsur intrinsik sebagai unsur batin sebuah karya sastra (cerpen) dan
unsur ekstrinsik sebagai unsur lahir karya sastra (cerpen).
Pada
kesempatan kali ini saya akan menganalisis sebuah cerpen karya Mahwi Air Tawar
yang berjudul Anak Anak Laut dari
kumpulan cerpen Karapan Lautdengan
menggunakan pendekatan objektif. Pendekatan objektif merupakan pengkajian karya
sastra yang menitikberatkan pada karya sastra itu sendiri, pendekatan ini
beranggapan bahwa karya sastra sebagai sesuatu yang otonom. Sebagai struktur
yang otonom karya sastra dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat
dengan unsur unsur pembangunnya. Oleh karena itu untuk memahami maknanya karya
sastra harus dianalisis berdasarkan strukturnya itu sendiri yang terlepas dari
unsur unsur lain yang berada diluar signifikansinya ( A Teeuw 1984: 130-131). Wellek dan Warren (1990) menyatakan
pendekatan ini sebagai pendekatan Intrinsik karena kajian sastra difokuskan
pada unsur koherensi dan kebenaran sendiri. Unsur intrinsik yang dikaji dengan
menggunakan pendekatan objektif dapat berupa diksi (pilihan kata), gaya bahasa,
citraan, tema, alur cerita, sudut pandang, latar, tokoh, penokohan dan lain
lain.
Cerpen
Anak Anak Laut menceritakan tentang
dua anak belasan tahun yang bersengketa, dengan latar kehidupan dan dinamika
pendidikan yang berbeda. Mattasan yang menjadi keponakan kiyai Rabbuh merupakan
sosok yang dibesarkan dilaut dan mendapatkan pendidikan dari laut setelah
ayahnya meninggal, meskipun pamannya yang menjadi kiyai dan guru mengaji bagi
anak anak dikampungnya tetapi mattasan tidak ikut mengaji bahkan tidak bisa
jika diminta membaca kitab suci Al-qur’an, tetapi ketangkasan dan kepandaiannya
melaut tidak diragukan lagi, karena sejak ayahnya meninggal dia lebih sering
menghabiskan waktu untuk melaut. Sementara Ramuk yang tidak lain adalah putra
dari seorang preman atau bajing dalam
sebutan madura yang bernama Durakkap. Ramuk, meskipun ia pandai mengaji karna
ia menjadi salah satu murid dari paman Mattasan tetapi ia tidak terlalu pandai
jika harus melawan ombak laut dan Durakap ayahnya kerap kali memarahi dia
ketika dia bermain terlalu lama di panta.
Perselisishan
antara Mattasan dan Ramuk sesungguhnya perselisihan antara Durakkap dan kiyai
Rabbuh yang sama sama terjebak dalam peraduga dan saling tuding diantara
keduanya. Mattasan berpikir Ramuk meninggal ditelan gelombang laut dan
memberikan informasi kepada ayahnya Durakkap, sementara Durakkap dengan serta
merta menyalahkan kiyai Rabuh sebagai penyebabnya. Kiyai Rabuh merupakan kiyai
yang ortodoks dan mempunyai sikap arogan dan tidak adil dalam menjalankan
syriat agama. Sementara Durakkap adalah mantan preman yang bertobat dan ketika
timbul perselisihan sikap bajingnyapun muncul kembalidalam benaknya. Ditepi
pantai yang yang tak terjangkau lentera calepak
(perahu kecil) akhirnya Durakkap dan Kiyai Rabuhpun saling melukai dan durakkap
meninggal ditangan kiyai Rabuh sementara kiyai Rabuh meninggal ditangan Ramuk
yang tiba tiba muncul sebelum orang orang mengkat jasad ayahnya.
Unsur Unsur Intrinsik Sebagai
Pembangun Cerpen Anak Anak Laut.
1.
Tema
Tema
merupakan ide yang mendasari sebuah cerita, tema berperan sebagai pangkal tolak
pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakannya. Tema merupakan
kaitan antara hubungan makna dengan tujuan pemaparan oleh pengarangnya
(Aminuddin.1984:107-108). Tema atau persoalan dasar yang termuat dalam cerpen Anak Anak Laut yaitu tentang ajaran
agama yang dogmatis dengan kehidupan sosial yang keras dan kasar yang menjadi
potret dari masyarakat madura dan menjadi pandangan dimata masyarakat umum. Hal
ini dapat kita baca pada hlm. 4-5
“Kiyai tahulah, kondisi ombak tak
menentu, ikan jarang didapat. Jangankan bayar sumbangan, untuk makan sehari
haripun mereka tak kelar”, kata durakkap dalam pertemuan itu.
“Kamu saja tak pernah melaut!”
tukas Rabuh dengan ketus.
“tetapi kiyai......”
“itu Masalahnya,” lekas Rabuh
memotong. “penyebab dari paceklik tak lain karena masyarakat sendiri tidak mau
bahu-membahu dalam kebaikan, seperti misalnya mengadakan pengajian akbar dan
mendatangkan penceramah dari kota. Bukankah itu perbuatan baik?” lalu seraya
menatap Durakkap, Rabuh berkata, “seharusnya kamu tak hadir disini”.
Durakap terdiam dan menunduk, bukan
karena takut, tapi karena ia tak ingin membuat masalah dengan guru mengaji itu.
Orang seperti kamu tidak bisa
melaut tapi bisa makan, Rabuh melanjutkan sambil mengalihkan andangannya. Entah
darimana kamu dapat uang.
Durakkap menarik nafas dalam dalam
dan mendongkak. Dipandanginya setiap orang yang hadir, lalu ia memandang tajam
kepada Rabuh. Tak seorangpun berani bicara begitu juga dengan Rabuh yang tiba
tiba merasakan ancaman dalam pandangan Durakkap.
Durakap berdiri, melangkah ketengah
ruangan dan memandangi hadirin satu demi satu.
Kalian dengar? Kata Durakkap, lalu
menatap Rabuh, Bahkan ucapanmu tak mencerminkanmu sebagai guru agama!.
2.
Tokoh,
Watak dan Penokohan
Tokoh
merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam karya sastra sehingga peristiwa
itu menjalin sebuah cerita. Sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh adalah
penokohan (Aminuddin 1984:85)
Ditinjau
dari segi peran serta fungsi keterlibatannya dalam sebuah cerita, tokoh dapat
dibedakan menjadi tokoh primer (utama), tokoh skunder (bawahan), tokoh komplementer
(tambahan). (Sujiman 1988 : 17-20).
Dalam
cerpen Anak Anak Laut tokoh utamanya adalah Mattasan, Ramuk. Tokoh
bawahannya adalah Rabuh, Durakkap. Sedangkan tokoh tambahannya adalah ibunya,
hadirin (orang tua wali murid anak anak pengajian) dan seseorang warga yang
tidak disebutkan namanya tetapi memiliki peran dalam dialog cerita.
Dilihat
dari segi perkembangan keperibadian tokoh, dapat dibedakan atas tokoh dinamis
atau tokoh statis, tapi jika dilihat dari masalah yang dihadapi tokoh dapat
dibedakan menjadi tokoh yang mempunyai karakter sederhana atau kompleks.
Dalam
cerpen Anak Anak Laut kita dapat
melihat bahwa Ramuk, Durakkap dan Rabuh mempunyai karakter yang kompleks. Ramuk
memiliki sifat yang sombong padahal kemampuannya dalam melaut tidak
berpengalaman. Ia cendrung merasa berkuasa karena memiliki kekuatan setelah menyentuk
koteka (jimat). Sama halnya dengan ayahnya Durakkap yang pendendam seperti
terlihat dalam penggalan cerita “Tetapi
saat Durrakap telah keluar dan tiba di halaman ia mengeluarkan suara lagi, nada
suaranya adalah pernyataan perang: sampai kapanpun aku tidak akan pernah
melupakan ucapanmu tadi!”. Begitupun dengan Kiyai Rabuh yang keras dan
tidak bisa menjaga lidahnya saat berbicara hingga menyakiti seseorang, seperti
terlihat pada penggalan kalimat “Orang
seperti kamu tidak melaut tapi bisa makan, entah dari mana kamu dapat uang”
sifatnya yang keras dan bicaranya yang ringan itu karena dia merasa dialah
sosok kiyai yang harus di hormati. Sementara tokoh mataasan memiliki sifat yang
sederhana (selalu mengikuti naluri) meskipun beberapa kali Ramuk mengajaknya
untuk bertarung melawan gelombang laut tetapi dia selalu menggagalkan
pertarungan karena mengukur kemampuan Ramuk yang tidak seimbang dengannya
seperti pada penggalan kalimat “Mattasan
tak hirau dan terus mengarahkan haluan ke arah pantai seraya bergumam,
“mustahil kamu bisa menang muk”.
3.
Latar
Latar
adalah tempat umum (general local), waktu kesejarahan (historical time), dan
kebiasaan masyarakat (social circumstances) dalam setiap episode atau bagian
bagian tempat (Abrams. 1981 : 173)
Latar
Waktu : Cerpen Anak Anak Laut
berlangsung sekitar tahun 2014 sesuai tahun penulisan cerpen ini
Latar
Tempat : Madura, laut, surau, rumah,
pantai, dan calepak. Cerpen Anak Anak Laut ini menunjukan latar tempat dari
daerah pantai laut madura karena pengarangnya sendiri Mahwi Air Tawar berasal
dari pesisir sumenep, Madura dan dalam cerpennya pengarang menggunakan kata
kata dalam bahasa madura seperticalepak (perahu bermesin berukuran kecil), koteka (jimat), alu
(gagang), Saluduran (kejar kejaran)
dan Cong (panggilan untuk anak laki
laki).S
4.
Gaya
Bahasa
Gaya
bahasa merupakan cara penyair mengungkapkan melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan keperibadian penulis/pemakai bahasa (Gorys Keraf, 2002
: 113). Sebuah penciptaan Karya sastra (Cerpen) dan karya sastra yang lainnya sangat
membutuhkan penggunaan gaya bahasa agar cerpen yang dihasilkan lebih menarik,
indah dan berkualitas
Dalam
Cerpen Anak Anak Laut gaya bahasa
yang digunakan oleh pengarang adalah bahasa sehari hari yang mudah dipahami
meskipun ada diantaranya kata kata dari bahasa daerah madura seperti yang telah
diuraikan di atasdan cerpen Anak Anak
Laut juga menggunakan gaya bahasa;
·
Personifikasi
Gaya
bahasa personifikasi merupakan gaya bahasa yang mempersamakan benda benda
dengan manusia. Punya sifat, pemikiran, kemampuan, perasaan seperti yang
dialami oleh manusia contohnya seperti yang terlihat pada kutipan cerpen Anak Anak Laut“Angin menderu kencang dari
laut, menyisir sisa sisa ikan pada jala, dan mengusapi punggung orang orang
yang berak di tepi pantai yang tak jauh dari kedua bocah yang sedang bersengketa
itu”dan “ hari seperti berlari
secepat gelombang”
·
Sarkasme
Gaya
bahasa sarkasme merupakan gaya bahasa berupa pengucapan pengucapan yang kasar,
caci maki sebagai ekspresi dan amarah seperti yang terlihat pada kutipan cerpen
Anak Anak Laut. “Celeng! Umpat salah
seorang yang sedang menghadap laut lepas”
·
Metonomia
Gaya
bahasa metonomia merupakan gaya bahasa kiasan yang menggantikan nama atas
sesuatu seperti yang terlihat pada kutipan cerpen Anak Anak Laut, “meskipun Ramuk lahir dan besar di sebuah kampung
nelayan, tak sekalipun ia berenang jauh jauh”
·
Antiklimaks
Gaya
bahasa antiklimaks merupakan gaya bahasa berupa kalimat terstruktur dan isinya
mengalami penurunan kualitas, kuantitas dan intensitas. Gaya bahasa ini dimulai
dari puncak makin lama makin ke bawah seperti yang terdapat dalam kutifan
cerpen Anak Anak Laut“Kiyai tahulah, kondisi ombak tak menentu,
ikan jarang didapat. Jangankan bayar sumbangan, untuk makan sehari haripun
mereka tak kelar”
5.
Alur
Cerita
Alur
merupakan rangkaian peristiwa yang di reka yang dijalin dengan seksama dan
menggerakan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan penyelesaian. Ada
berbagai pendapat tentang tahapan tahapan peristiwa dalam sebuah cerita.
Aminuddin
(1984:94) membedakan tahap tahap peristiwa atas pengenalan, konflik,
komplikasi, klimaks dan penyelesaian.
§ Pengenalan
merupakan tahap peristiwa dalam suatu cerita yang memperkenalkan tokoh tokoh
atau latar cerita. Dalam cerpen Anak Anak
Laut dapat kita ketahui tokoh tokohnya seperti Matassan, Ramuk, Kiyai Rabuh, Durakkp, anak anak sebaya Ramuk dan
Matasan, Juga warga yang tinggal dipesisir pantai.
§ Konflik atau tikaian
merupakan ketegangan atau pertentangan antara dua kepentingan atau kekuatan
dalam cerita. Pertentangan ini bisa terjadi dalam diri satu tokoh, antar dua
tokoh, antar tokoh dan masyarakat atau lingkungannya, antar tokoh dan alam,
antar tokoh dan Tuhan serta konflik lahir dan konflik batin seperti pada
kutifan “Ia teringat ketika suatu pagi
bersama ibunya berangkat kepasar untuk menjual hasil tangkapan. Ia melihat
ramuk dan anak anak sebayanya berjalan beriring ke sekolah mengenakan seragam
dan anak anak itu meneriakinya: Anak bodoh tidak sekolah! Mattasan marah dan
ingin memukul anak anak itu, tetapi ibunya membentak dan menyuruhnya berjalan
lebih cepat. Ia patuh dan berjalan lebih bergegas didepan ibunya yang memanggul
karung ikan”. Dapat kita lihat ada konflik batin dalam diri Mattasan.
§ Komplikasi atau rumitan,
dalam tahap ini komplik yang terjadi semakin tajam karena berbagai sebab dan
kepentingan yang berada dalam setiap tokoh.
“Durakkap kini telah kembali menjadi dirinya
bertahun tahun yang lalu, tahun tahun kelam sebelum ia menarik diri dari
lingkungan dunia hitam. Naluri bajingnya bangkit dari kubur dan dan
membimbingnya untuk berfikir cepat.
Amuk dilaut kini telah
reda, tetapi durakkap sedang mempersiapkan diri untuk mengamukia beranjak masuk
rumah dan mengintari ruang tamu tujuh kali. Ia menunggu beberapa saat lalu
berdiri tegak, dan menatap celurit yang bergantung persis diatas kudung pintu
depan. Matanya menyusuri setiap jengkal celurit itu, dari hulu hingga pucuk”.
§ Klimaks
(puncak rumitan) yang diikuti oleh krisis titik balik
“Durakkap dan Rabuh
melanjutkan perjalanan menuju ke arah barat, ke bagian pantai yang tak
terjangkau cahaya lentera calepak. Mattasan memandangi mereka hingga mereka
hilang dalam kegelapan. Tak berapa lama kemudian, ia mendengar suara sabetan,
suara erangan, dan jerit kesakitan, lalu tanpa berfikir panjang lagi ia berlari
menyusul.
Samar samar mattasan
melihat sosok seseorang yang sedang duduk bersimpuh di atas pasir. Darahnya
terkesiap saat mengenali bahwa sosok itu adalah pamannya”
§ Leraian,
pada tahap ini peristiwa peristiwa yang terjadi menunjukan lakuan perkembangan
ke arah selesai “Seseorang tersadar dan
mengajak yang lain untuk mengurusi jasad itu”
§
Penyelesaian,
penyelesaian merupakan tahap akhir sebuah cerita, dalam tahap ini semua masalah
dapat diuraikan. Kita lihat kutipan “Ramuk
dapat melihat jasad ayahnya. Seseorang berusaha menenangkan anak itu dengan
memegangi lengannya, tetapi Ramuk memberontak dan menghambur kepada jasad
ayahnya. Lalu, seraya menangis, berganti ganti ia memandang celurit yang
tergeletak didekat jasad ayahnya dan rabuh yang masih bersimpuh. Sebentar
kemudian Ramuk telah menyambar celurit dan mengayunkan senjata itu membabi buta
ke arah guru mengajinya” dapat di katakan bahwa akhir penyelesaian dalam
cerpen Anak Anak Laut adalah nyawa dibalas dengan nyawa
6.
Sudut
Pandang
Sudut
pandang merupakan tempat sastrawan memandang ceritanya. Dari tempat itulah
sastrawan bererita tentang tokoh, peristiwa, tempat, waktu, dengan gayanya
sendiri. Cerpen Anak Anak Laut menggunakan
sudut pandang orang ketiga
7.
Amanat
Amanat
merupakan gagasan yang mendasari seluruh cerita, ini dipertegas oleh
pengarangnya sendiri melalui solusi bagi pokok persoalan itu.dengan kata lain
solusi yang dimunculkan pengarangnya itu dimaksudkan untuk memecahkan pokok
permasalahan yang didalamnya akan terlihat pandangan hidup dan cita cita
pengarang. Dengan demikian amanat merupakan keinginan pengarang untuk
menyampaikan amanatnya kepada pembaca,. Amanat pokok pada cerpen Anak Anak Laut adalah perintah untuk
bersikap lebih teliti dan kehati hatian dalam memutuskan setiap persoalan,
karena persoalan kecilpun dapat menghilangkan nyawa seseorang hanya karena
saling tuding, prasangka buruk dan praduga yang belum tentu benar.
DAFTAR
PUSTAKA
Air
Tawar, Mahwi. 2014. Karapan Laut,
Depok : PT Komodo Books
Aminuddin,
1987. Pengantar Apresiasi Sastra,
Malang: IKIP Malang.
Abrams,
M.H. 1981. A Glossary Of Literary Terms,
New York: Holt, Rinehart and Winston
Teeuw,
A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra,
Jakarta : Gramedia
Hardjana,
Andre. 1981. Kritik Sastra Sebuah
Pengantar. Jakarta :PT Gramedia