Sabtu, 21 November 2015

KAJIAN CERPEN "ANAK-ANAK LAUT" (Karya; Mahwi Air Tawar) Oleh Siti Guretno Nurmawati


KAJIAN CERPEN
“ANAK ANAK LAUT”KARYA MAHWI AIR TAWAR
DENGAN PENDEKATAN OBJEKTIF

Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang masalahnya jelas, singkat, padat dan terkonsentrasi pada satu cerita. Jadi, sangatlah jelas bahwa kelebihan cerpen yaitu kemampuannya dalam mengemukakan secara lebih banyak dan implisit dari sekedar apa yang diceritakan dan mengandung kesan tunggal. Sebagai sebuah karya fiksi cerpen memberikan sebuah model kehidupan atau bangunan imajinatif yang tidak bisa berdiri tanpa adanya unsur unsur yang menjadi dasar pendukungnya. Unsur unsur tersebut merupakan bagian penting yang membuat jalinan cerita sehingga menghasilkan cerita yang utuh. Unsur unsur tersebut adalah unsur intrinsik sebagai unsur batin sebuah karya sastra (cerpen) dan unsur ekstrinsik sebagai unsur lahir karya sastra (cerpen).
Pada kesempatan kali ini saya akan menganalisis sebuah cerpen karya Mahwi Air Tawar yang berjudul Anak Anak Laut dari kumpulan cerpen Karapan Lautdengan menggunakan pendekatan objektif. Pendekatan objektif merupakan pengkajian karya sastra yang menitikberatkan pada karya sastra itu sendiri, pendekatan ini beranggapan bahwa karya sastra sebagai sesuatu yang otonom. Sebagai struktur yang otonom karya sastra dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur unsur pembangunnya. Oleh karena itu untuk memahami maknanya karya sastra harus dianalisis berdasarkan strukturnya itu sendiri yang terlepas dari unsur unsur lain yang berada diluar signifikansinya ( A Teeuw 1984: 130-131). Wellek dan Warren (1990) menyatakan pendekatan ini sebagai pendekatan Intrinsik karena kajian sastra difokuskan pada unsur koherensi dan kebenaran sendiri. Unsur intrinsik yang dikaji dengan menggunakan pendekatan objektif dapat berupa diksi (pilihan kata), gaya bahasa, citraan, tema, alur cerita, sudut pandang, latar, tokoh, penokohan dan lain lain.
Cerpen Anak Anak Laut menceritakan tentang dua anak belasan tahun yang bersengketa, dengan latar kehidupan dan dinamika pendidikan yang berbeda. Mattasan yang menjadi keponakan kiyai Rabbuh merupakan sosok yang dibesarkan dilaut dan mendapatkan pendidikan dari laut setelah ayahnya meninggal, meskipun pamannya yang menjadi kiyai dan guru mengaji bagi anak anak dikampungnya tetapi mattasan tidak ikut mengaji bahkan tidak bisa jika diminta membaca kitab suci Al-qur’an, tetapi ketangkasan dan kepandaiannya melaut tidak diragukan lagi, karena sejak ayahnya meninggal dia lebih sering menghabiskan waktu untuk melaut. Sementara Ramuk yang tidak lain adalah putra dari seorang preman atau bajing dalam sebutan madura yang bernama Durakkap. Ramuk, meskipun ia pandai mengaji karna ia menjadi salah satu murid dari paman Mattasan tetapi ia tidak terlalu pandai jika harus melawan ombak laut dan Durakap ayahnya kerap kali memarahi dia ketika dia bermain terlalu lama di panta.
Perselisishan antara Mattasan dan Ramuk sesungguhnya perselisihan antara Durakkap dan kiyai Rabbuh yang sama sama terjebak dalam peraduga dan saling tuding diantara keduanya. Mattasan berpikir Ramuk meninggal ditelan gelombang laut dan memberikan informasi kepada ayahnya Durakkap, sementara Durakkap dengan serta merta menyalahkan kiyai Rabuh sebagai penyebabnya. Kiyai Rabuh merupakan kiyai yang ortodoks dan mempunyai sikap arogan dan tidak adil dalam menjalankan syriat agama. Sementara Durakkap adalah mantan preman yang bertobat dan ketika timbul perselisihan sikap bajingnyapun muncul kembalidalam benaknya. Ditepi pantai yang yang tak terjangkau lentera calepak (perahu kecil) akhirnya Durakkap dan Kiyai Rabuhpun saling melukai dan durakkap meninggal ditangan kiyai Rabuh sementara kiyai Rabuh meninggal ditangan Ramuk yang tiba tiba muncul sebelum orang orang mengkat jasad ayahnya.

Unsur Unsur Intrinsik Sebagai Pembangun Cerpen Anak Anak Laut.
1.        Tema
Tema merupakan ide yang mendasari sebuah cerita, tema berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakannya. Tema merupakan kaitan antara hubungan makna dengan tujuan pemaparan oleh pengarangnya (Aminuddin.1984:107-108). Tema atau persoalan dasar yang termuat dalam cerpen Anak Anak Laut yaitu tentang ajaran agama yang dogmatis dengan kehidupan sosial yang keras dan kasar yang menjadi potret dari masyarakat madura dan menjadi pandangan dimata masyarakat umum. Hal ini dapat kita baca pada hlm. 4-5
“Kiyai tahulah, kondisi ombak tak menentu, ikan jarang didapat. Jangankan bayar sumbangan, untuk makan sehari haripun mereka tak kelar”, kata durakkap dalam pertemuan itu.
“Kamu saja tak pernah melaut!” tukas Rabuh dengan ketus.
“tetapi kiyai......”
“itu Masalahnya,” lekas Rabuh memotong. “penyebab dari paceklik tak lain karena masyarakat sendiri tidak mau bahu-membahu dalam kebaikan, seperti misalnya mengadakan pengajian akbar dan mendatangkan penceramah dari kota. Bukankah itu perbuatan baik?” lalu seraya menatap Durakkap, Rabuh berkata, “seharusnya kamu tak hadir disini”.
Durakap terdiam dan menunduk, bukan karena takut, tapi karena ia tak ingin membuat masalah dengan guru mengaji itu.
Orang seperti kamu tidak bisa melaut tapi bisa makan, Rabuh melanjutkan sambil mengalihkan andangannya. Entah darimana kamu dapat uang.
Durakkap menarik nafas dalam dalam dan mendongkak. Dipandanginya setiap orang yang hadir, lalu ia memandang tajam kepada Rabuh. Tak seorangpun berani bicara begitu juga dengan Rabuh yang tiba tiba merasakan ancaman dalam pandangan Durakkap.
Durakap berdiri, melangkah ketengah ruangan dan memandangi hadirin satu demi satu.
Kalian dengar? Kata Durakkap, lalu menatap Rabuh, Bahkan ucapanmu tak mencerminkanmu sebagai guru agama!.

2.    Tokoh, Watak dan Penokohan
Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam karya sastra sehingga peristiwa itu menjalin sebuah cerita. Sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh adalah penokohan (Aminuddin 1984:85)
Ditinjau dari segi peran serta fungsi keterlibatannya dalam sebuah cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh primer (utama), tokoh skunder (bawahan), tokoh komplementer (tambahan). (Sujiman 1988 : 17-20).
Dalam cerpen Anak Anak Laut  tokoh utamanya adalah Mattasan, Ramuk. Tokoh bawahannya adalah Rabuh, Durakkap. Sedangkan tokoh tambahannya adalah ibunya, hadirin (orang tua wali murid anak anak pengajian) dan seseorang warga yang tidak disebutkan namanya tetapi memiliki peran dalam dialog cerita.
Dilihat dari segi perkembangan keperibadian tokoh, dapat dibedakan atas tokoh dinamis atau tokoh statis, tapi jika dilihat dari masalah yang dihadapi tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh yang mempunyai karakter sederhana atau kompleks.
Dalam cerpen Anak Anak Laut kita dapat melihat bahwa Ramuk, Durakkap dan Rabuh mempunyai karakter yang kompleks. Ramuk memiliki sifat yang sombong padahal kemampuannya dalam melaut tidak berpengalaman. Ia cendrung merasa berkuasa karena memiliki kekuatan setelah menyentuk koteka (jimat). Sama halnya dengan ayahnya Durakkap yang pendendam seperti terlihat dalam penggalan cerita “Tetapi saat Durrakap telah keluar dan tiba di halaman ia mengeluarkan suara lagi, nada suaranya adalah pernyataan perang: sampai kapanpun aku tidak akan pernah melupakan ucapanmu tadi!”. Begitupun dengan Kiyai Rabuh yang keras dan tidak bisa menjaga lidahnya saat berbicara hingga menyakiti seseorang, seperti terlihat pada penggalan kalimat “Orang seperti kamu tidak melaut tapi bisa makan, entah dari mana kamu dapat uang” sifatnya yang keras dan bicaranya yang ringan itu karena dia merasa dialah sosok kiyai yang harus di hormati. Sementara tokoh mataasan memiliki sifat yang sederhana (selalu mengikuti naluri) meskipun beberapa kali Ramuk mengajaknya untuk bertarung melawan gelombang laut tetapi dia selalu menggagalkan pertarungan karena mengukur kemampuan Ramuk yang tidak seimbang dengannya seperti pada penggalan kalimat “Mattasan tak hirau dan terus mengarahkan haluan ke arah pantai seraya bergumam, “mustahil kamu bisa menang muk”.




3.    Latar
Latar adalah tempat umum (general local), waktu kesejarahan (historical time), dan kebiasaan masyarakat (social circumstances) dalam setiap episode atau bagian bagian tempat (Abrams. 1981 : 173)
Latar Waktu : Cerpen Anak Anak Laut berlangsung sekitar tahun 2014 sesuai tahun penulisan cerpen ini
Latar Tempat  : Madura, laut, surau, rumah, pantai, dan calepak. Cerpen Anak Anak Laut ini menunjukan latar tempat dari daerah pantai laut madura karena pengarangnya sendiri Mahwi Air Tawar berasal dari pesisir sumenep, Madura dan dalam cerpennya pengarang menggunakan kata kata dalam bahasa madura seperticalepak (perahu bermesin berukuran kecil), koteka (jimat), alu (gagang), Saluduran (kejar kejaran) dan Cong (panggilan untuk anak laki laki).S
4.    Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan cara penyair mengungkapkan melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan keperibadian penulis/pemakai bahasa (Gorys Keraf, 2002 : 113). Sebuah penciptaan Karya sastra (Cerpen) dan karya sastra yang lainnya sangat membutuhkan penggunaan gaya bahasa agar cerpen yang dihasilkan lebih menarik, indah dan berkualitas
Dalam Cerpen Anak Anak Laut gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang adalah bahasa sehari hari yang mudah dipahami meskipun ada diantaranya kata kata dari bahasa daerah madura seperti yang telah diuraikan di atasdan cerpen Anak Anak Laut juga menggunakan gaya bahasa;
·         Personifikasi
Gaya bahasa personifikasi merupakan gaya bahasa yang mempersamakan benda benda dengan manusia. Punya sifat, pemikiran, kemampuan, perasaan seperti yang dialami oleh manusia contohnya seperti yang terlihat pada kutipan cerpen Anak Anak Laut“Angin menderu kencang dari laut, menyisir sisa sisa ikan pada jala, dan mengusapi punggung orang orang yang berak di tepi pantai yang tak jauh dari kedua bocah yang sedang bersengketa itu”dan “ hari seperti berlari secepat gelombang”
·         Sarkasme
Gaya bahasa sarkasme merupakan gaya bahasa berupa pengucapan pengucapan yang kasar, caci maki sebagai ekspresi dan amarah seperti yang terlihat pada kutipan cerpen Anak Anak Laut. “Celeng! Umpat salah seorang yang sedang menghadap laut lepas”
·         Metonomia
Gaya bahasa metonomia merupakan gaya bahasa kiasan yang menggantikan nama atas sesuatu seperti yang terlihat pada kutipan cerpen Anak Anak Laut, “meskipun Ramuk lahir dan besar di sebuah kampung nelayan, tak sekalipun ia berenang jauh jauh”

·         Antiklimaks
Gaya bahasa antiklimaks merupakan gaya bahasa berupa kalimat terstruktur dan isinya mengalami penurunan kualitas, kuantitas dan intensitas. Gaya bahasa ini dimulai dari puncak makin lama makin ke bawah seperti yang terdapat dalam kutifan cerpen Anak Anak LautKiyai tahulah, kondisi ombak tak menentu, ikan jarang didapat. Jangankan bayar sumbangan, untuk makan sehari haripun mereka tak kelar”

5.    Alur Cerita
Alur merupakan rangkaian peristiwa yang di reka yang dijalin dengan seksama dan menggerakan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan penyelesaian. Ada berbagai pendapat tentang tahapan tahapan peristiwa dalam sebuah cerita.
Aminuddin (1984:94) membedakan tahap tahap peristiwa atas pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks dan penyelesaian.
§  Pengenalan merupakan tahap peristiwa dalam suatu cerita yang memperkenalkan tokoh tokoh atau latar cerita. Dalam cerpen Anak Anak Laut dapat kita ketahui tokoh tokohnya seperti Matassan, Ramuk, Kiyai Rabuh, Durakkp, anak anak sebaya Ramuk dan Matasan, Juga warga yang tinggal dipesisir pantai.

§  Konflik atau tikaian merupakan ketegangan atau pertentangan antara dua kepentingan atau kekuatan dalam cerita. Pertentangan ini bisa terjadi dalam diri satu tokoh, antar dua tokoh, antar tokoh dan masyarakat atau lingkungannya, antar tokoh dan alam, antar tokoh dan Tuhan serta konflik lahir dan konflik batin seperti pada kutifan “Ia teringat ketika suatu pagi bersama ibunya berangkat kepasar untuk menjual hasil tangkapan. Ia melihat ramuk dan anak anak sebayanya berjalan beriring ke sekolah mengenakan seragam dan anak anak itu meneriakinya: Anak bodoh tidak sekolah! Mattasan marah dan ingin memukul anak anak itu, tetapi ibunya membentak dan menyuruhnya berjalan lebih cepat. Ia patuh dan berjalan lebih bergegas didepan ibunya yang memanggul karung ikan”. Dapat kita lihat ada konflik batin dalam diri Mattasan.

§  Komplikasi atau rumitan, dalam tahap ini komplik yang terjadi semakin tajam karena berbagai sebab dan kepentingan yang berada dalam setiap tokoh.
Durakkap kini telah kembali menjadi dirinya bertahun tahun yang lalu, tahun tahun kelam sebelum ia menarik diri dari lingkungan dunia hitam. Naluri bajingnya bangkit dari kubur dan dan membimbingnya untuk berfikir cepat.
Amuk dilaut kini telah reda, tetapi durakkap sedang mempersiapkan diri untuk mengamukia beranjak masuk rumah dan mengintari ruang tamu tujuh kali. Ia menunggu beberapa saat lalu berdiri tegak, dan menatap celurit yang bergantung persis diatas kudung pintu depan. Matanya menyusuri setiap jengkal celurit itu, dari hulu hingga pucuk”.

§  Klimaks (puncak rumitan) yang diikuti oleh krisis titik balik
“Durakkap dan Rabuh melanjutkan perjalanan menuju ke arah barat, ke bagian pantai yang tak terjangkau cahaya lentera calepak. Mattasan memandangi mereka hingga mereka hilang dalam kegelapan. Tak berapa lama kemudian, ia mendengar suara sabetan, suara erangan, dan jerit kesakitan, lalu tanpa berfikir panjang lagi ia berlari menyusul.
Samar samar mattasan melihat sosok seseorang yang sedang duduk bersimpuh di atas pasir. Darahnya terkesiap saat mengenali bahwa sosok itu adalah pamannya”
§  Leraian, pada tahap ini peristiwa peristiwa yang terjadi menunjukan lakuan perkembangan ke arah selesai “Seseorang tersadar dan mengajak yang lain untuk mengurusi jasad itu


§  Penyelesaian, penyelesaian merupakan tahap akhir sebuah cerita, dalam tahap ini semua masalah dapat diuraikan. Kita lihat kutipan “Ramuk dapat melihat jasad ayahnya. Seseorang berusaha menenangkan anak itu dengan memegangi lengannya, tetapi Ramuk memberontak dan menghambur kepada jasad ayahnya. Lalu, seraya menangis, berganti ganti ia memandang celurit yang tergeletak didekat jasad ayahnya dan rabuh yang masih bersimpuh. Sebentar kemudian Ramuk telah menyambar celurit dan mengayunkan senjata itu membabi buta ke arah guru mengajinya” dapat di katakan bahwa akhir penyelesaian dalam cerpen Anak Anak Laut adalah nyawa dibalas dengan nyawa

6.        Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan tempat sastrawan memandang ceritanya. Dari tempat itulah sastrawan bererita tentang tokoh, peristiwa, tempat, waktu, dengan gayanya sendiri. Cerpen Anak Anak Laut menggunakan sudut pandang orang ketiga

7.        Amanat
Amanat merupakan gagasan yang mendasari seluruh cerita, ini dipertegas oleh pengarangnya sendiri melalui solusi bagi pokok persoalan itu.dengan kata lain solusi yang dimunculkan pengarangnya itu dimaksudkan untuk memecahkan pokok permasalahan yang didalamnya akan terlihat pandangan hidup dan cita cita pengarang. Dengan demikian amanat merupakan keinginan pengarang untuk menyampaikan amanatnya kepada pembaca,. Amanat pokok pada cerpen Anak Anak Laut adalah perintah untuk bersikap lebih teliti dan kehati hatian dalam memutuskan setiap persoalan, karena persoalan kecilpun dapat menghilangkan nyawa seseorang hanya karena saling tuding, prasangka buruk dan praduga yang belum tentu benar.




















DAFTAR PUSTAKA

Air Tawar, Mahwi. 2014. Karapan Laut, Depok : PT Komodo Books
Aminuddin, 1987. Pengantar Apresiasi Sastra, Malang: IKIP Malang.
Abrams, M.H. 1981. A Glossary Of Literary Terms, New York: Holt, Rinehart and Winston
Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra, Jakarta : Gramedia
Hardjana, Andre. 1981. Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta :PT Gramedia